Stasiun Garahan, Jejak Kolonial di Jalur Gumitir
- account_circle Masitha
- calendar_month Rab, 17 Sep 2025

Stasiun Garahan, Jejak Kolonial di Jalur Gumitir (Foto: Ist)
JEMBER, jplusmedia.com – Stasiun Garahan yang berdiri sejak 1902 menjadi salah satu peninggalan Staatsspoorwegen (SS) di jalur pegunungan Gumitir. Berada di ketinggian 514 meter di atas permukaan laut (mdpl), stasiun ini sejak awal berfungsi sebagai penghubung transportasi masyarakat sekaligus pintu distribusi hasil perkebunan kopi di wilayah Jember dan sekitarnya.
Selain peran historisnya, Stasiun Garahan memiliki keunikan berupa arsitektur lama, panorama pegunungan, dan jalur ekstrem Gumitir dengan jembatan serta terowongan kembar Mrawan dan Garahan. Tak hanya itu, stasiun ini juga terkenal dengan kuliner khas pecel pincuk Garahan yang melegenda di kalangan penumpang kereta.
Fungsi Stasiun Garahan tidak hanya untuk transportasi penumpang, tetapi juga mendukung aktivitas ekonomi lokal. Hasil perkebunan seperti kopi, teh, dan produk bumi lainnya sejak lama dipasok melalui stasiun ini, menjadikannya bagian penting dalam roda perdagangan pedesaan.
Sejak 11 Agustus 2025, KA Pandanwangi relasi Jember–Ketapang kembali melayani naik-turun penumpang di Stasiun Garahan. Hingga 15 September 2025, tercatat sebanyak 1.215 penumpang telah dilayani, terdiri dari 592 penumpang naik dan 623 penumpang turun. Layanan ini diberikan menyusul penutupan sementara jalur nasional Gumitir.
Manager Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro, menyebut bahwa Garahan bukan sekadar titik transportasi.
“Dengan keindahan alam, nilai historis, serta fungsi sosial-ekonominya, Stasiun Garahan berpotensi menjadi ikon budaya sekaligus destinasi wisata berbasis kereta api,” ujarnya.
Ke depan, PT KAI bersama pemerintah daerah dan komunitas pecinta sejarah membuka peluang kolaborasi untuk mengembangkan Stasiun Garahan sebagai destinasi heritage. Revitalisasi stasiun ini diharapkan mampu memperkuat identitas budaya, mendukung UMKM, sekaligus menghadirkan daya tarik wisata yang unik di jalur selatan Jawa Timur.
- Penulis: Masitha
- Editor: Bambang